Kamis, 28 Juli 2011

Doll Eyes Fenomena

A.    Gerakan Mata
               Gerakan okular adalah indeks yang penting dari  aktifitas fungsional yang  berada pada formasi retikular  batang otak. Bila pasien cukup alert untuk mengikuti  perintah  sederhana, pergerakan mata lengkap mudah  didapat, dan integritas sistem motor okular keseluruhan didalam batang otak dapat dipastikan. Pada keadaan  kesadaran yang tertekan, gerak mata volunter menghilang,  Ini  mungkin disfungsi pengaktifasi struktur neural  gerakan mata. Pada keadaan ini respons okulosefalik  atau okulovestibular digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya  gangguan gerak mata. Untuk melakukan  tes  ini,harus mengerti hubungan anatomi respons yang norma.
B.      Anatomi. 
               Klinisi sudah lama mengetahui bahwa  pusat conjugate gaze mengatur gerak mata cepat horizontal (saccades) dan respons vestibular terdapat didalam formasi retikular pontin paramedian bawah. Regio ini  termasuk pengatur denyut untuk gerak mata cepat dan integrator saraf yang menentukan posisi diam mata. Penelitian  terakhir pada kucing memperlihatkan  bagian  kaudal pusat  horizontal gaze meluas ke bagian kaudal  nukleus prepositus hipoglossi pada rostral medulla dan ia jelas berperan-serta  pada gerak mata lambat  vestibular  dan volunter saccadic. Jadi penelitian klinis dan hewan menunjukkan  bahwa jalur bersama akhir dari  semua  gerak  mata  horizontal  konjugata ipsilateral  terletak  pada tegmentum sambungan pontomedullari paramedian. Dari sini,  sinyal untuk gerak mata horizontal dihantarkan  ke nukleus  abdusen ipsilateral berdekatan  dan  menyilang garis  tengah diregio para-abdusen untuk naik di  fasikulus longitudinal medial kontralateral ke neuron  rektus medial dinukleus okulomotor.
C.     Respons  okulosefalik.
               Pada pasien  cedera  kepala tidak sadar, hilangnya gerak mata horizontal  menunjukkan perlunya pemeriksaan diagnostik yang mendesak. Bila fraktur  leher sudah disingkirkan, fungsi  pusat  gaze pontin harus segera ditentukan dengan manuver  okulosefalik.  Kepala ditinggikan 30O dari posisi  baring  dan dengan cepat diputar to and fro pada bidang horizontal. Pada  respons doll's eye normal, setiap mata  cenderung mempertahankan posisinya terhadap ruangan dengan  gerak berlawanan terhadap rotasi kepala dan secara horizontal menuju posisi lateral dan medial yang sesuai pada orbita. Ketika manuver ini dilakukan, kelopak mata  mungkin harus diretraksi secara manual untuk melihat gerak bola mata  lebih baik. Impuls aferen dari akar  saraf  leher dan kanal semisirkuler berperan pada refleks kompensasi normal yang menggeser mata pada arah berlawanan  dengan rotasi kepala. Terganggunya atau tiadanya respons  okulosefalik  mungkin  akibat  malposisi  atau   pemutaran kepala yang inadekuat. Beberapa pasien dengan  gangguan respons  okulosefalik terganggu atau tiada, akan  memiliki  respons kalorik normal. Karenanya,  semua  pasien dengan  gangguan respons okulosefalik, dan juga  dimana  fraktura leher belum bisa ditentukan hingga tidak  bias diperiksa tes respons tersebut, harus dilakukan  stimu lasi kalorik dari jalur okulovestibuler.
Respons  okulovestibuler.
               Stimulasi dilakukan  dengan  air  es  dan  hanya  membutuhkan  sedikit  waktu. Obstruksi  didalam kanal auditori eksternal oleh  darah atau serumen harus dibersihkan.  Terbatasnya gerak otot mata terjadi pada pasien dengan edema orbital. Pembengkakan  intraorbital biasanya jelas tampak  namun  tidak menghalangi pemeriksaan tes okulosefalik atau  kalorik. Banyaknya informasi tetap menguntungkan. Gerakan  endolimfe  didalam  kanal semisirkuler  horizontal  bekerja terutama terhadap gerak konjugasi dari otot rektus  medial dan lateral.  Untuk mendapatkan pergeseran  maksimal cairan ini selama stimulasi kalorik, kanal horizontal diletakkan pada bidang vertikal dengan  meninggikan kepala pasien 30o dari posisi baring. Gradien suhu  antara  cairan irigasi dan endolimfe menimbulkan  gerakan endolimfe dalam kanal semisirkuler. Dalam keadaan  normal, terjadi dalam 20 hingga 60 detik dan berakhir  dalam beberapa menit. Irigasi air hangat kanal  eksternal menyebabkan  naiknya cairan  endolimfatik,  menimbulkan deviasi tonik kontralateral dari mata. Irigasi air  dingin menyebabkan turunnya endolimfe, menimbulkan deviasi gaze tonik ipsilateral.Walau  hubungan langsung antara neuron  vestibuler dan okuler telah diketahui, deviasi mata tonik  setelah stimulasi kalorik barangkali disebabkan oleh  interaksi yang kompleks didalam sistem kontrol gerak mata di sistem retikuler pontomedullari. Pada pasien alert, stimulasi  kalorik dingin menyebabkan nistagmus  fase  cepat pada arah berlawanan dari deviasi mata tonik. Pada keadaan  ini dekenal mnemonik 'cows', cold opposite,  warm same. Namun pada pasien koma, supresi fungsional sistem aktivasi retikuler ditunjukkan oleh tiadanya  nistagmus sebagai respons terhadap stimulasi kalorik, jadi  hanya deviasi  mata tonik yang tampak (cold same). Dengan  20 ml  air es sudah cukup, tapi bila tak  terjadi  respons dalam  satu menit, tes terbaik  diulang  dengan  volume yang lebih besar. Bila irigasi kedua tidak  menimbulkan gerak mata, manuver okulosefalik simultan dapat dilakukan  untuk  memperkuat  stimulus.  Untuk  menyingkirkan cedera kanal semisirkuler atau saraf vestibuler sebagai penyebab tiadanya respons kalorik dingin, respons kalorik  air  hangat normal pada telinga  berlawanan  dapat dilakukan. Respons okulosefalik lengkap pada pasien tidak sadar  menunjukkan  bahwa proses  yang  menyebabkan  koma menyisakan formasi retikular pontin, fasikulus longitudinal  medial, dan nuklei okulomotor serta abdusen  dengan  akar-akar sarafnya. Selanjutnya,  supresi  system aktivasi retikuler bertanggung-jawab atas hilangnya kesadaran diduga yang bekerja rostral dari struktur  pontin  dan  otak tengah.  Respons antara,  yaitu tiadanya respons  okulosefalik namun respons kalorik intak,  dapat  terjadi pada lesi supratentorial.  Tiadanya  kedua respons  tersebut  menunjukkan proses  patologis  berat yang meluas ke pons yang lebih bawah. Saat tes okulosefalik dan kalorik dilakukan, kelainan motilitas okular infranuklir, internuklir dan supranuklir  dapat  ditemukan. Lesi destruktif  dari  baik frontal maupun pusat gaze pontin berakibat overaksi tonik dari aksis frontal-pontin sisi berlawanan untuk gerak mata horizontal. Deviasi tonik mata terjadi  akibat aksi sistem frontal-pontin yang masih utuh. Overaksi ini berakibat deviasi ipsilateral pada lesi lobus  frontal  dan deviasi gaze kontralateral pada  lesi  pontin. Pada koma dalam, deviasi gaze akibat keseimbangan  yang berlebihan tidak harus terjadi. Untuk membedakan antara kemungkinan lesi frontal atau pontin pada pasien dengan atau tanpa deviasi gaze diperlukan tes okulosefalik  atau kalorik. Pada deviasi gaze akibat lesi lobus  frontal, refleks okulosefalik dan kalorik tetap intak karena input vestibular formasi retikular pontin paramedian tetap  utuh. Lesi pontin memutuskan  interaksi  formasi retikular pontin para median okulovestibular dan okulosefalik hingga rotasi kepala menuju mata yang mengalami deviasi atau irigasi air dingin pada telinga  kontralateral deviasi gaze, tidak mengatasi deviasi gaze.  Gaze horizontal  konjugata tak lengkap atau paretik  setelah stimulasi  kalorik yang memadai  menunjukkan  kerusakan partial pusat gaze pontin. Respons okulosefalik dan  okulovestibuler diskonjugata diakibatkan baik oleh palsi saraf kranial ketiga dan keenam atau oftalmoplegia  internuklir bila hanya satu otot horizontal yang paretik. Bila setiap otot horizontal  untuk gaze konjugata paretik tapi yang satu melebihi lainnya, tampak palsi  gaze pontin bentuk terbalik. Deviasi miring adalah divergensi mata pada  bidang vertikal  dan adalah tanda adanya lesi dalam batang  otak. Penjelasan atas deviasi tonik dan vertikal satu atau  kedua mata tidak diketahui. Pada  deviasi  miring, lokalisasi neuroanatomik dalam batang otak tidak selalu bisa ditentukan baik dengan adanya mata yang kebawah atau hipometrik, atau mata yang keatas atau hipermetrik. Secara  umum, palsi saraf ketiga dan keenam  tidak sulit untuk ditemukan pada pasien dengan cedera kepala. Palsi saraf keempat tak selalu dapat diidentifikasi pada koma karena aksi yang terbatas dari otot oblik superior.  Pada pasien alert dan perbaikan,  paresis  oblik superior  menimbulkan penglihatan ganda yang  menyusahkan, terutama dengan gaze kebawah dan kedalam.  Peninggian kepala arah berlawanan dengan sisi otot yang paretik  mengurangi penglihatan ganda, sedang  pengangkatan kepala ipsilateral menambah diplopia. Oftalmoplegia internuklir  ditunjukkan  oleh paresis  adduksi  terbatas tanpa gangguan tambahan pada pupil, kelopak,, atau otot vertikal yang dipesarafi saraf ketiga. Oftalmoplegia ini  disebabkan  disrupsi fasikulus longitudinal  medial ipsilateral  yang menghubungkan  subnukleus  okulomotor untuk  nukleus  rektus medial kepusat  gaze  horizontal kontralateral. Baik oftalmoplegia internuklir bilateral maupun unilateral mungkin tampak, tergantung pada  sampai mana cedera batang otaknya. Sedikit yang diketahui tentang insidens palsi gaze vertikal pada keadaan koma. Deviasi mata kebawah jarang pada  cedera  kepala namun mungkin  berhubungan  dengan perdarahan talamik posterior. Gangguan gaze keatas terkadang tampak pada pasien dengan hematoma subdural  bilateral  atau  hidrosefalus, dan diduga  karena  adanya kompresi  pada pelat tektal. Dengan tes kalorik  dingin unilateral,  deviasi mata kebawah ditemukan  pada  kom disebabkan intoksikasi obat. Gaze vertikal dites dengan merotasikan kepala secara manual pada bidang  vertikal. Manuver ini normalnya menimbulkan gaze keatas dan kebawah kompensatori. Irigasi simultan kedua telinga  mengaktifkan  kanal semisirkuler untuk menimbulkan  respons vertikal; tes air dingin bilateral menimbulkan  gerakan mata tonik keatas, dan tes air hangat bilateral  menimbulkan gaze tonik kebawah.
D.    Cara pemeriksaan
Gerakan Bola Mata
1.      Perhatikan sikap bola mata, fenomena ‘mata-boneka’ (doll’s eye)
2.      Bola mata dibuka, kepala diputar dr samping kiri ke kanan, dan sebaliknya, kemudian ditekuk dan ditengadah.
a.       Reaksi (+) :
1.      bila pada pemutaran kepala ke kanan mata berdeviasi ke kiri
2.      mata berdeviasi keatas bila kepala ditekuk ke leher 
3.      mata dengan cepat kembali ke posisi semula walaopun kepala masih dalam sikap berputar / terfleksi
b.      Reaksi (-) :
1.      bola mata tidak bergerak/gerakan asimetrik 
2.      dijumpai pada kerusakan pontin-mesensefalon
c.       Kontra indikasi :fraktur tulang servikal tes tdk boleh dilakukan
              
            Respon mata boneka (doll eyes’s) atau okulosefalik merupakan gerakan reflek yang diuji dengan menggerakkan kepala secara vertical atau dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya, yang mula-mula dilakukan perlahan-lahan dan kemudian secara cepat ; gerakan bola mata terjadi dengan arah yang berlawanan terhadap gerakan kepala. Respon ini diperantarai oleh mekanisme batang otak yang berasal dari dalam labirin dan propioseptor servikal. Respons tersebut dalam keadaan normal akan disupresi oleh fiksasi visual yang dimediasi hemisfer serebri pada pasien yang sadar ; namun respon ini akan muncul jika hemisfer serebri mengalami supresi atau inaktif. Lintasan neuron untuk gerakan reflexs bola mata yang horizontal memerlukan keutuhan daerah disekitar nervus kranialis VI dan dihubungan dengan nervus kranialis III kontralateral lewat fasikulus longitudinalis medialis. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar